Alam Terjaga Manusia Berjaya

Sumber gambar: pixabay.com

Ada banyak perbedaan kondisi yang dapat kita rasakan di masa saat ini (tahun 2019) dengan masa lalu sekitar 20 tahun lalu. Mulai dari kecanggihan teknologi, gaya hidup, jumlah bangunan hingga perubahan suhu dan cuaca. Perubahan suhu yang paling dapat kita rasakan adalah semakin menyengatnya panas ketika kemarau. Peningkatan suhu ini terjadi karena berbagai aktifitas baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja hingga memicu rusaknya lingkungan.

Hampir setiap hari ada saja kejadian yang terjadi di setiap musim. Jika musim penghujan tiba, banjir terjadi di hampir tiap daerah ditambah lagi tanah longsor. Saat pergantian musim serangan puting beliung menimbulkan banyak kerusakan. Bahkan ketika musim kemarau tiba kekeringan terjadi dimana-mana. Kekeringan bahkan menyebabkan gagal panen yang menyebabkan petani merugi. Untuk saat ini tidak ada satu musimpun yang berpihak pada kita, karena memang segala akar permasalahan bersumber dari kita juga.  Seperti peribahasa "apa yang kita tanam itulah yang kita tuai". Sekarang bukan saatnya mengeluh tentang ekstrimnya musim tetapi waktunya instropeksi diri, memulai melakukan hal-hal kecil. Meskipun tidak mampu mengubah dunia tapi paling tidak memberikan hal positif bagi sekitar kita.

  1. Membuang sampah pada tempatnya. Seakan menemui jalan buntu jika kita membicarakan jalan keluar mengenai penanganan sampah. Bahkan negara kita terkenal dengan kebiasaan membuang sampah sembarangan. Hampir di tiap sudut jalan kita bisa menemukan sampah, baik sampah plastik maupun sampah non plastik. Bukan karena tidak ada tempat sampah melainkan kurang sadarnya kita betapa kebiasaan kecil yang buruk ini akan menimbulkan kerugian yang besar. Bayangkan saja, jika satu orang membuang satu bungkus makanannya, bisa kita hitung dalam satu keluarga berapa sampah yang terkumpul, jika satu desa, satu kecamatan dan seterusnya. Wow berapa banyak sampah yang berserakan. Bukankah saat musim penghujan tiba sering kita dengar aliran sungai yang tersumbat karena sampah sehingga menyebabkan banjir?. Bahkan saat musim kemarau sumber air bersih sulit ditemukan karena sungai sudah tercemar sampah. Kalau sudah seperti ini bukankan kita yang rugi dengan ulah kita sendiri bukan?.
  2. Memilah sampah. "Jangan takut kotor" itu adalah ungkapan yang sangat benar tapi takutlah jika kita mengotori diri dan lingkungan. Mengelompokkan sampah adalah cara sederhana untuk melakukan peruahan diri. Bukankah dibangku sekolah kita diajarkan 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Jika tidak bisa melakukan ketiganya, minimal kerjakan salah satunya. Yang paling gampang adalah Reuse (menggunakan kembali) misalnya botol minum digunakan untuk media hidroponik, kaleng minuman untuk mainan anak-anak dll. Banyak tutorial pemanfaatan sampah yang bisa kita temukan dan pelajari di internet atau sumver lain. Kuncinya adalah mengubah rasa malas menjadi kreatifitas.

    Sumber gambar: dokumentasi pribadi
  3. Penghijauan di sekitar tempat tinggal. Tidak memiliki halaman yang luas bukan alasan untuk tidak bisa menanam. Banyak media yang bisa kita pakai sebagai sarana bercocok tanam. Tidak harus daripot yang bagus atau mahal. Cukup dengan pemakaian tempat plastik bekas, bekas wadah minyak goreng, botol air mineral bahkan dari sepatu karet yang tak terpakai. Akan dapat kita rasakan hasilnya setelah dua bulan penanaman. Rumah semakin asri, hawa semakin sejuk dll. Siapa tahu jika rumah kita asri tetangga, kawan ataupun saudara tertarik. Artinya tanpa banyak bicara kita sudah menularkan hal positif pada sekitar kita. Jika pun kita memiliki halaman yang luas, usahakan menanam pohon disekitarnya. Jika punya pilihan tanam pohon yang tumbuh dari pembibitan. Karena akar dari pembibitan merupakan akar tunggang. Sistem perakaran ini lebih kuat dari pada akar serabut (cangkok, stek).
  4. Hilangkan kebiasaan membakar sampah. Membakar sampah bukanlah cara terbaik untuk menangani sampah. Asap dari pembakaran sampah bisa menyebabkan polusi. Artinya itu akan menambah masalah baru. Sampah basah rumah tangga bisa diolah menjadi kompos. Sedangkan sampah kering (kaca, kaleng, plastik dll) bisa digunakan kembali atau di daur ulang. Jikapun merasa tidak mampu cukuplah kita memilah dan membuang sampah sesuai tempatnya. Atau tidak mencampur kedua jenis sampah tersebut.
  5. Menghemat Air. Jikapun didaerah kita bukan termasuk wilayah yang dilanda kekeringan, tak ada salahnya jika kita bijak dalam pemakaian air. Selain menghemat mungkin memanfaatkan air bekas pakai (cucian) untuk menyiram halaman, untuk mengurangi debu. 
Itu adalah beberapa hal kecil yang bisa kita mulai dari diri sendiri sebagai bagian kecil dalam peran aktif kita menjaga bumi.

Selain permasalahan diatas negara kita juga dihadapkan pada masalah yang sifatnya alamiah. Letak Indonesia yang berada pada pertemuan tiga lempeng aktif ( eurasia, indo-australia, dan pasifik) pergeseran lempeng inilah yang membuat negara kita sering mengalami Gempa bumi. Tidak hanya getaran saja yang bisa dirasakan melainkan hal yang lebih dahsyat, seperti tsunami, pergerakan tanah yang mampu meruntuhkan bangunan diatasnya. Tak hanya itu banyaknya gunung api aktif menjadi momok menakutkan bagi masyarakat terutama bagi masyarakat yang tinggal di area sekitar kawasan gunung berapi. Bencana alami ini mungkin tidak mampu kita cegah, tapi manusia tetaplah harus berusaha melakukan penyelamatan jika ada tanda-tanda akan terjadinya bencana.
Jika kita tinggal pada daerah rawan gempa tak ada salahnya jika saat membuat bangunan memakai pola rumah struktur anti-gempa seperti di negara jepang. Berbagai hal telah dilakukan pemerintah termasuk pihak BNPB dalam mensosialisasikan budaya sadar bencana. Artinyamasyarakat diharapkan tidak hanya tahu saja jika akan ada bencana tetapi juga sadar dan tanggap tentang apa-apa yang mesti di lakukan ketika ada tanda-tanda bencana.

Dimanapun kita berada, kita akan tetap hidup dan berdampingan dengan alam. Jika kita mampu menjaga dan berkompromi dengan alam, maka yakinlah alam pun pasti akan menjaga kita. Siapkan diri menjadi manusia tangguh yang sadar akan keseimbangan alam. Nasib bumi hari ini dan esok berada di tangan kita. Memulai dari diri sendiri akan lebih baik dari pada saling menyalahkan ketika bencana datang.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Alam Terjaga Manusia Berjaya"

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Menyusun Best Practice (27 September 2022)

alhamdulillah presentasi terakhir untuk menyusun Best Practice sudah terlaksana. Terimakasaih Bapak Ahmad Fauzi dan Ibu Dini FNA yang selalu...