Lawan Corona Dengan Ceria #DiRumahAja


Sumber gambar: pixabay.com

Sudah sebulan lebih kita dianjurkan untuk berada dirumah saja. Saat awal dirumah mungkin ada rasa senang karena waktu yang biasanya mayoritas dihabiskan diluar rumah untuk bekerja akan lebih banyak dihabiskan dirumah bersama keluarga. Yang terbayang adalah betapa santainya berada dirumah. Namun setelah satu minggu berlalu rasa bosan mulai melanda. Terlebih ketika pemerintah menambah waktu darurat dirumah hingga batas waktu yang belum bisa ditentukan. Boleh keluar rumah jika untuk hal-hal darurat saja. Bukan hanya bosan namun rasa stress mulai bergejolak, hal ini dikarenakan ruang gerak yang terbatas tidak seperti liburan pada umumnya, pergi ke pasar was-was, bercengkrama dengan tetangga takut, silaturrahmi ke saudara tidak bisa akibat teror virus renik yang tak kasat mata dengan penularan yang sangat cepat.

Tak hanya itu, pembatasan berbagai aktifitas sosial untuk menekan penyebaran Covid 19 berpengaruh pada banyak hal, terutama dari segi ekonomi. Warung, toko, rumah makan yang biasanya ramai dipadati pengunjung kini nampak sepi, akibatnya banyak karyawan yang diliburkan bahkan diberhentikan kerjadikarenakan sepinya pengunjung yang berakibat turunnnya permintaan, sehingga produksi menurun. Tak hanya karyawan yang dirugikan tapi produsen juga merasakan imbas dari penurunan permintaan. Tak jarang beberapa dari mereka harus menutup produksinya untuk sementara waktu.

Saat memasuki bulan Ramadan, virus ini tak juga kunjung menurun penularannya, meskipun tingkat kesembuhan lebih banyak daripada angka kematian namun jumlah pasien positif untuk saat ini masih mengalami kenaikan di beberapa daerah. Meski demikian semangat ramadhan tidak menyurutkan niat kita semua untuk menjalankan ibadah puasanya meski mereka tetap dirumah saja. Tapi memang perbedaan ramadan tahun ini sangat terasa karena biasanya kita mengadakan atau menghadiri buka puasa bersama dengan teman, keluarga besar dll, sekarang jadi tidak bisa. Kadang sambil menunggu magrib kita keluar berburu takjil dan sekedar menikmati sore, istilah kerennya "ngabuburit" entah berjalan kaki atau memakai kendaraan kini sementara dilarang.

Walaupun dalam suasana yang serba terbatas saya sering dibuat salut oleh berbagai aksi Kebaikan ditengah pandemi, tujuannya tak lain adalah meringankan beban sesama manusia terutama karena ekonomi yang semakin sulit sedangkan untuk saat ini kesempatan kerja sangat terbatas sekali. Ada yang memberi bantuan langsung berupa uang, sembako, masker dll, ada yang menggantungkan bahan makanan mentah dipagar pintunya untuk diambil oleh orang yang membutuhkan. Serta masih banyak kebaikan lain yang membuat saya iri serta bertanya kebaikan apa yang bisa saya lakukan untuk meningkatkan kualitas hidup saya agar menjadi manusia yang lebih baik.

Pandemi memang membuat kita kelabakan, cemas dan takut. Namun jika kita ingat kembali ada beberapa hikmah yang kita ambil, seperti kita menjadi lebih banyak waktu untuk keluarga, menjaga kebersihan diri dan sekitar lebih dari biasanya, ingat dan bersyukur bahwa kesehatan yang sering kita lupakan nikmatnya menjadi harta yang paling berharga. Terutama untuk saya pribadi sebagai ibu rumah tangga yang biasanya bekerja diluar rumah jadi bisa seratus persen berada dirumah, belajar bersama anak-anak (berajar daring), yang biasanya untuk menu makan sering membeli dari luar kini bisa full memasak sendiri dirumah.

Berjemur
Sumber gambar: dokumentasi pribadi
Berpikir positif adalah jalan terbaik untuk menghadapi situasi sulit seperti saat ini, mungkin kita belum bisa berbuat lebih seperti yang dilakukan orang lain seperti menyumbang ini, memberi itu dan semacamnya. Tapi saya percaya kebaikan tidak hanya sebatas itu, dengan tidak menyebarkan berita yang masih belum tentu kebenarannya, mengajak/ mengkampanyekan untuk tetap dirumah saja, memakai masker saat bepergian itu juga merupakan sebuah langkah kecil berbuat baik. Mari kita lawan musuh renik ini dengan kompak tetap dirumah saja, kecuali untuk yang benar-benar berkepentingan dan mendesak untuk keluar rumah, jangan lupa memakai masker. Itulah #CeritakuDariRumah selama masa pandemi, tetap memanjatkan doa tanpa henti semoga pandemi segera berakhir, dan bisa beraktifitas seperti biasa.




Tulisan ini diikut sertakan dalam Blog Competition "Ceritaku Dari Rumah" yang diselenggarakan oleh Ramadhan Virtual Festival dari Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan.


Postingan terkait:

2 Tanggapan untuk "Lawan Corona Dengan Ceria #DiRumahAja"

  1. hikmah positifnya jadi banyak waktu buat keluarga di rumah ya Bu?
    tulisannya mantap...

    saya juga ikut lomba blog ini, barangkali berkenan mampir ke tulisan saya:
    Berbuat Baik Bisa dari Rumah #CeritakuDariRumah

    BalasHapus
  2. Oke terimakasih... Saya akan mampir

    BalasHapus

Entri yang Diunggulkan

Menyusun Best Practice (27 September 2022)

alhamdulillah presentasi terakhir untuk menyusun Best Practice sudah terlaksana. Terimakasaih Bapak Ahmad Fauzi dan Ibu Dini FNA yang selalu...