Aku Seorang Peternak


Di zaman yang serba sulit sangat tidak mudah mendapatkan pekerjaan. Lapangan kerja yang terbatas membuat kita harus berlomba-lomba dengan pencari kerja lain untuk mendapatkan suatu pekerjaan. Sering kita dengar dan pernah saya alami sendiri saat mencari lowongan kerja di suatu instansi/ perusahaan, mereka hanya membutuhkan 2 orang tenaga kerja, ternyata yang mendaftar untuk memperebutkan 2 posisi itu lebih dari 1000 orang. Kadang jika memikirkan hal tersebut sungguh miris, miris ke diri sendiri juga miris kepada orang lain. 

Didaerah saya masih sangat berlaku bahwa orang yang bekerja sebagai pegawai, keluar dari rumah bersepatu dianggap berhasil dan terlihat wah.... Tapi kadang kenyataannya, upah/ gajinya hanya cukup untuk membeli bensin. Banyak orang yang masih menanamkan dalam pikirannya setelah sekolah/ kuliah harus bisa mendapatkan pekerjaan, jarang dari mereka dan mungkin termasuk saya jika setelah lulus harus mampu menciptakan karya. Minimal mampu menciptakan lapangan kerja untuk diri sendiri sehingga kita tidak perlu susah-susah berlomba mencari kerja, syukur-syukur bisa menciptakan lapangan kerja untuk orang lain. 

Berwirausaha bukanlah hal yang gampang, tetitama jika semuanya dimulai dari nol atau memulai semua dari awal. Modal dan pemasaran biasanya menjadi jendala utama. Dan hal itulah yang memang skami alamisaat memualai usaha. Tidak ada awal yang tak sulit, semua hal butuh proses dan dalam proses itulah kita menemukan hambatan, masalah tapi juga rahasia kemudahan dalam berwirausaha (dibalik kesulitan ada kemudahan). Untuk memulai usaha sebaiknya berhubungan dengan hal yang disukai atau hobi, karena semangat kita kadang dipengaruhi oleh kesenangan hati.



Berternak unggas (bebek, ayam dan entog) adalah hobi yang kini menjadi profesi sekaligus ladang rejeki untuk saya dan keluarga kecil saya. Meskipun sebagian orang mencibir karena pekerjaan ini berhubungan dengan kotoran, menjijikkan, bau dan sebagainya tapi itu tak membuat saya gentar. Karena bagi saya setiap pekerjaan pasti ada resikonya, dan setia permulaan pasti akan menemui sedikit kesulitan.  Memelihara unggas menjadi pilihan saya berwirausaha, selain karena hobi pekerjaan ini juga terbilang sangat mudah, intinya telaten dalam memberi makan, membersihkan kandang, mengontrol kesehatan dan nafsu makannya. Modal yang dibutuhkan juga tidak begitu banyak, misalnya dengan membeli indukan betina 10 ekor dan indukan jantan 2 ekor (jumlah total kisaran harga satu juta per jenis unggas). Untuk indukan usahakan yang sudah bertelor (betina) dan sudah bisa mengawin (jantan). 

Berternak unggas bisa dibilang pekerjaan dengan modal kecil resiko kecil dan untung yang memang tidak besar. Resiko yang utama adalah resiko kematian, karena yang kita hadapi adalah Makhluk hidup. Jika ingin memperkecil resiko kerugian sebaiknya memelihara unggas dengan menetaskan telurnya sendiri. Jadi kita bisa mengawali dengan membeli beberapa pasang indukan bibit unggul, sehingga nanti akan diperoleh keturunan yang besar dan unggul pula. Menetaskan sendiri dengan sistem tradisional (pengeraman) memang hasilnya tidak sebanyak dengan menggunakan mesin tapi cara ini cukup ampuh untuk berhemat dari segi kelistrikan. 

Kelebihan lainnya menetaskan sendiri daripada membeli bibit adalah untungnya lebih maksimal, apalagi harga anakan unggas saat ini lumayan mahal. Jika ekonomi kita pas-pasan sistem pengeraman ini cukup membuat kita bisa sedikit bernapas dari biaya pakan karena kita bisa mengatur sendiri seberapa banyak telur yang akan kita tetaskan. Tidak hanya itu saja, setelah menetas biasanya anakan unggas memiliki resiko kematian lebih tinggi karena anakan harus adaptasi dengan suhu yang berbeda serta berkompetisi untuk mendapatkan pakan antar sesama anakan unggas. Jadi sebagai peternak kita harus peka, harus ada tempat tersendiri untuk unggas dengan umur yang berbeda, jika tidak yang umurnya kecil akan kalah berebut pakan bahkan kadang dipatuk yang besar saat akan makan. 

Jika unggas ingin cepat produktif ada baiknya setelah menetas dipisahkan dari induknya. Jika tidak dipisah biasanya unggas akan mulai produktif bertelur setelah menyapih anaknya kurang lebih 3 bulan atau setelah anak bisa mencari makan sendiri.

Tidak hanya itu saja unggas terutama ayam sangat rentan terhadap virus, bakteri maupun musim pancaroba. Jika ada satu ayam yang sudah terjangkit virus dengan ciri mata berair, kepala tertunduk bulu mulai tertunduk (nyekukruk) serta kotorannya berwarna putih cair, sebaiknya segera diisolasi dijauhkan dari kawanannya yang sehat. Jika tidak virus akan menular ke ayam-ayam lain (aratan). Berbeda dengan entog dan bebek kedua unggas ini sangat adaptif. Hanya saja bebek merupakan hewan yang lebih gampang stress, yang akan berpengaruh pada frekuensi bertelur.

Hal terakhir dari semuanya adalah pemasaran. Gampang-gampang susah memasarkan unggas, terutama jika tidak memiliki langganan dagang. Namun sekarang nampaknya pemasaran tidak sesulit dulu, ada sistem online, bisa lewat facebook, whatsapp. Jika kami pemasarannya selain ke dagang adalah dengan dijual bersihnya atau unggas siap masak seperti orang menjual ayam potong.


Itulah pengalaman kami dalam berwirausaha kecil-kecilan, diawali dari hobi dan dikembangkan karena kebutuhan.

Selamat berternak
Ayo berwirausaha

Postingan terkait:

30 Tanggapan untuk "Aku Seorang Peternak"

  1. Mantap mas.... Kalau ada tips budidaya ikan lele

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Jos, aku baru ternak lele diember..
    Mudah²an bagus hasile

    BalasHapus
  4. Wah, informasi yang sangat bagus. penuh motivasi juga.

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. Masya Allah, menarik, Mbak. Keren, dengan berusaha sendiri tidak menggantungkan hidup pada orang lain. Semoga usahanya lancar dan makin maju.

    BalasHapus
  7. yah betuull sekali, usaha sendiri memang lebih nyaman ya, dan yang terpenting dikerjakan dengan sepenuh hati. sukses terus buat usaha ternaknya yaaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, semoga kita usaha kita semua sukses dan berkah

      Hapus
  8. Bagus sekali berternak ayam jadi inget ayam di rumah pak mertua jadi mengedukasi anak saya sayang binatang deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, berternak juga bisa untuk belajar bertanggung jawab

      Hapus
  9. Setuju banget daripada memperebutkan posisi kerjaan yang sedikit kenapa nggak bikin lapangan kerja sendiri? Harus tetap pede usaha sendiri meski diremehkan orang. Semangat, maju terus usahanya ya!

    BalasHapus
  10. Menginspirasi 😍 Gimana ya milih bidang usaha yang dipilih? Kadang bingung mau usaha apa...

    BalasHapus
  11. Wirausaha itu keren kak.. jadi bos pula kan. Makasih inspirasinya ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, semoga sama-sama dilancarkan semuanya

      Hapus
  12. jadi ingat keluarga ayahku, punya usaha peternakan unggas ayam gitu, tiap sore selalu senang liatin mereka di kandang yang dikasih lampu gitu. keren ka idenya niy, musim begini kreatif ya beternak, malah ga kepikiran aku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo semangat, bisa jafi sampingan dan kegiatan dirumah pas bosan kak

      Hapus
  13. Keren Pak 😊. Tapi tak mudah memang memelihara unggas. Dulu mertua ingin beternak bebek, sudah beli anakan bebek dan dibuatkan kolam pula. Sayangnya tidak kuat mengurusnya akhirnya dijual kembali... Fokus kebertani deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tiap orang memang punya skill masing-masing, yang penting ada usaha

      Hapus
  14. Barakallah, semoga usaha ternaknya makin maju yah.. Salut sama orang yang mengembangkan usaha dari bisnis, keren .. keren ... keren

    BalasHapus
  15. Semangat terus kak salut sama orang yang mau berwiraswasta karena ga semua berani beternak memang asik tapi musti telaten ya kak mengurusnya

    BalasHapus
  16. Iya, sejak zaman dahulu, bekerja memakai sepatu itu lebih keren dan lebih "bekerja".
    Tapi saya mah cuek aja, berkebun dan menulis.
    Beternak ok juga nih. Apalagi bisa jual dalam bentuk makanan siap olah gini. Ide bagus

    BalasHapus

Entri yang Diunggulkan

Menyusun Best Practice (27 September 2022)

alhamdulillah presentasi terakhir untuk menyusun Best Practice sudah terlaksana. Terimakasaih Bapak Ahmad Fauzi dan Ibu Dini FNA yang selalu...